Selasa, 29 Januari 2013

Nilai Masa Lalu dari Agresi Belanda yang Terlupakan

mungkin memang banyak diantara kita yang hanya "SEBATAS" mengetahui perjuangan bangsa di masa lalu, membacanya dari buku-buku mata pelajaran di sekolah ( itupun kalau mau ) atau buku sejarah ( kalau berminat )
namun kita terlupa tuk memahami nilai-nilai dari perjuangan tersebut
kita selalu terbuai oleh kalimat-kalimat indah tentang betapa berharganya Indonesia di masa lalu, sampai-sampai Belanda tidak rela jika sampai harus kehilangan Indonesia
kita dimabukkan oleh status kekayaan bangsa kita tanpa pernah menyadari betapa besar kerugian dari dirampoknya kekayaan tersebut oleh bangsa lain, tentu dengan turut campur tangan dari sebagian dari kita sendiri
jika kita mau berdiri bersama, melangkah dan berlari bersama
dan jangan pernah melupakan mereka yang telah berjuang, mengorbankan segalanya, memperjuangkan segalanya, memberikan yang terbaik semampu mereka demi masa depan generasi setelah mereka
dengan keyakinan yang kuat akan kehidupan yang lebih baik
percayalah, kita pasti bisa melakukannya demi Indonesia
masa lalu yang kuat yang meyakinkan kita, betapa berharganya Indonesia di mata dunia
sampai Belanda tanpa perlu berpikir panjang
melancarkan Agresi Militer ke Indonesia !!







kapal pengangkut “M.C. Muir” di pelabuhan Amsterdam siap berangkat ke nusantara. doa dan harapan seluruh warga Kerajaan Belanda bergelayut di pundak mereka, tapi itu merupakan neraka yang harus disingkirkan dari bumi pertiwi





pendaratan pertama di pulau We, Aceh. ujung paling barat Indonesia. persiapan perang dimulai disini tanpa rakyat Indonesia mengetahui niat jahat mereka





adu senjata dengan pasukan kemerdekaan di balik selokan di pinggiran surabaya, 11 mei 1946





petugas medis dilindungi oleh komandan pasukan merawat tentara Belanda yang terluka





tak lama setelahnya, seorang tentara tewas dan meninggalkan rekannya yang berjuang melawan kantong senjata senapan pasukan kemerdekaan di sebuah gubuk





patroli tentara Belanda melewati sebuah kampung yang terbakar di jawa timur





patroli dengan menggunakan tank, menyusuri tiap sudut kediri





menawan penduduk yang tidak bersalah untuk kemudian disiksa dengan kejam





kota surabaya dibombardir dari udara oleh angkatan udara Belanda





persiapan perang di pinggiran kota Jogjakarta





pahlawan rakyat yang gugur





pos perjuangan pasukan kemerdekaan





melucuti senjata yang berhasil dirampas dari tentara belanda





sebuan artileri berat melalui pantai selatan





perlawanan artileri berat milik pasukan tentara kemerdekaan





uji medan artileri yang dimiliki





penyerbuan Malang





pendaratan di sekitar Probolinggo





menyusuri rel kereta di jawa timur





kontak senjata di sebuah kampung di Blitar





kontak senjata di pinggiran Malang





kontak senjata di Kediri





pergerakan tank belanda menuju negara di Jogjakarta





patroli tank di ibukota yang telah dilumpuhkan





pangkalan marinir Belanda di Morokembangan, Surabaya, 1947





detik-detik jelang pendaratan marinir Belanda di pantai pasirputih Situbondo





melewati rawa-rawa di Situbondo





suasana kota Jogjakarta, dengan semangat yang bertebaran dimana-mana





para pemuda ikut tergerak untuk membela negeri, pasukan pelajar yang hanya bermodalkan bambu runcing





kontak senjata di wonogiri dengan pasukan kemerdekaan





pasukan kemerdekaan sedang bersiap di Jogjakarta





dengan gagah berani maju pantang ragu


TOKOH PENTING DIBALIK AGRESI





Letjen Simon H. Spoor, panglima tertinggi Kerajaan belanda di Indonesia sejak januari 1946





Soedirman. panglima tertinggi angkatan perang RI saat itu, tetap memimpin perang meski dalam keadaan sakit





Oerip Soemohardjo. mantan mayor KNIL yang telah pensiun sejak sebelum Perang Dunia ke 2. Republik Indonesia mengaktifkan kembali dia dengan mengangkatnya sebagai kepala staf





para perwira pada saat itu, paling kiri, Letnan Kolonel Slamet Riyadi merupakan yang termuda memegang jabatannya. paling kanan, Letnan Ahmad Yani. ditengah ada Jenderal Gatot Subroto dan Soeharto yang masih muda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar